Senin, 11 November 2013

PERAN PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF LANDASAN FILOSOFIS


PERAN PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF LANDASAN FILOSOFIS
Fitri Ramayanti, S.Pd

PENDAHULUAN
Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi komponen-komponen yang esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur esensial pendidikan, pada tahap operasional sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
Kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan baik jika ditunjang oleh beberapa komponen, antara lain pendidik, peserta didik serta tenaga dan sarana kependidikan. Dengan adanya dukungan dari komponen-komponen tersebut, maka kegiatan pengembangan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dalam kegiatan pendidikan, tenaga pendidik mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidik atau guru, secara langsung atau tegas menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diembankan terhadap anak didik. Sebab segala prilaku dan budi pekerti hendaknya memberi contoh tauladan yang baik bagi anak didik. Untuk itu pendidik harus terlebih dahulu memperbaiki dirinya sebelum melakukan transfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
Nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional
Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas, kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan (science of education). Masalah-masalah tersebut antara lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.
Sejarah filsafat menunjukkan bahwa tidak hanya satu filsafat yang berkembang, melainkan banyak jenis aliran atau mazhab filsafat. Dalam filsafat ditemukan adanya aliran seperti idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialime, dan sebagainya. Dengan demikian, pendekatan filosofis dalam memaknai teori pendidikan akan didasari oleh berbagai aliran filsafat tersebut. Dalam mempelajari dan mengembangkan teori pendidikan perlu dipahami aliran-aliran filsafat yang melandasinya.
Kiranya peran pendidik tidak sekedar dipandang sebagai kegiatan mendidik yang bersifat rasional semata akan tetapi ada sesuatu yang mendasarinya. Peranan filsafat dalam mendasari teori ataupun praktek pendidikan merupakan salah satu sumbangan berharga bagi pengembangan pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai tinjauan peran pendidik dalam perspektif landasan filosofis.

1.      Definisi Filosofis
Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Tegasnya, filsafat adalah karya akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu atau pendekatan yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang seringkali disebut sebagai raksasa pemikir Barat, filsafat adalah ilmu pokok yang merupakan pangkal dari segala pengetahuan.
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosophia. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; philosophy dalam bahasa Inggris; philosophia dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Beberapa arti filsafat menurut para ahli:
1.      Aristoteles (384 - 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
2.      Cicero (106 – 43 SM) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
3.      Johann Gotlich Fickte (1762-1814) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
4.      Paul Nartorp (1854 – 1924) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
5.      Imanuel Kant (1724 – 1804) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
a.       Apakah yang dapat kita kerjakan?(jawabannya metafisika)
b.      Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika)
c.       Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama)
d.      Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi)
6.      Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
7.      Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
8.      Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
9.      Harold H. Titus (1979): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan al_m yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
10.  Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
11.  Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
12.  Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
13.  Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

B.  Definisi Pendidik
Dalam pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Sekolah atau institusi pendidikan dengan kurikulum yang jelas dan terakreditasi), tetapi bisa juga di lembaga pendidikan non formal (Lembaga Pendidikan Ketrampilan, Kursus, di mesjid, di surau/musala, di gereja, di rumah, dan sebagainya).
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 (2))
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional) mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras.

C. SYARAT PENDIDIK
            Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, antara lain :
1.      Persyaratan Jasmaniah Dan Kesehatan
Guru adalah petugas lapangan dalam pendidikan. Oleh karena itu syarat pertama yang harus dipenuhi oleh seorang guru antara lain :
a)      Guru tidak boleh mempunyai cacat tubuh yang nyata.
b)     Guru harus sehat jasmani (tidak sakit apapun)
c)      Guru harus sehat jiwa  
2.      Persyaratan Pengetahuanm Pendidikan     
Untuk menjadi seorang guru perlu adanya pendidikan khusus. Adapun pengetahuan – pengetahuan yang penting bagi seorang guru antara lain:
a)      Pengetahuan tentang pendidikan
b)     Pengetahuan psikologi
c)      Pengetahuan tentang kurikulum
d)     Pengetahuan tentang metode mengajar
e)      Pengetahuan tentang dasar dan tujuan pendidikan
f)       Pengaetahuan tentang moral, nilai – nilaidan norma – norma  
3.      Persyaratan Kepribadian     
Kepribadian pada dasarnya adalah keseluruhan dari ciri – ciri dan tingkah laku dari seseorang. Dalam pembicaraan disini pengertian kepribadian lebih ditekankankepada kelakuan, tabiat, sikap dan minat.      Kelakuan dan tabiat adalah sesuatu yang berhubungan dengan moral. Dalam kaitannya persyaratan seorang guru. Guru haruslah mempunyai kepribadian yang luhur. Sebab guru adalah  sosok yang dijadikan panutan oleh anak didik.     Persyaatan – Persyaratan Khusus      Persyaratan ini antara lain :
a)      Seorang guru harus berjiwa pancasila
b)     Menurut uu  no. 4 tahun 1950, babx pasal 15 bunyinya : “ syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat – syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat – sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud  dalam pasal 3, dan pasal 4, dan pasal 5 dari undang – undang ini.”  Pasal 3 tentang tujuan pendidikan dan pengajaran  Pasal 4 tentang dasar – dasar pendidikan dan pengajaran  Pasal 5 tentang bahasa  
4.      Persyaratan Menurut Ronggo Warsito          
Menurut rangga warsita oranmg yang pantas menjadi guru adalah
a)      orang yang dari keturunan terhormat
b)     orang yang taat beribadah
c)      orang yang bermoral tinggi

D. Landasan Filosofis Peran Pendidik
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Pragmatisme dan Scholastisisme
1.      Idealisme
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidpu pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam pengertian filsafati, idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
a).  Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
b).  Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
     Menurut kaum idealisme, pendidik berperan sebagai agen penting dalam menolong siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Pendidi yang  idealis menyajikan bahan belajar berupa warisan budaya yang terbaik. Membuat siswa berperan dalam menyumbangkan karya mereka untuk kebudayaan. Sejarah dilihat sebagai cara melihat bagaimana manusia besar memberikan sumbangsih pada dunia. Pendidik akan menyajikan karya klasik terbaik dibidang seni, literatur maupun musik untuk dipelajari dan dinikmati.
Menurut kaum idelis, pendidik bertugas untuk melatih berpikir kreatif agar menghasilkan siswa yang unggul, guru memiliki pengetahuan yang luas dan unggul.
2.      Realisme
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
(a) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme);
(b) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir;
(c) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan  memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;
(d) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Menurut Kaum realisme, pendidik berperan sebagai penentu materi pelajaran, membuat mata pelajaran, sebagai sesuatu yang kongkrit untuk dialami siswa, harus mengusai pengetahuan, teknik-teknik mengajar, mengembangkan kompetensi dan mencapai tujuan pendidikan.
           
3.      Pragmatisme
Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Menurut kaum Pragmatisme, pendidik berperan menyediakan pengalaman, membimbing pemecahan masalah, membimbing memecahkan tujuan, bekerja sama dalam evaluasi kelas progresivisme.
                                           
4.      Scholastisisme
Scholastisisme berpandangan bahwa kenyataan sebenarnya terdiri atas kenyataan fisik dan material serta kenyataan rohaniah dan cita yang lebih tinggi daripada kenyataan fisik dan material. Tujuan pendidikan adalah membantu individu mencapai tingkat tertinggi sebagai manusia, yaitu manusia yang berkembang penuh akal pikirannya, dan yang tunduk patuh kepada hukum Tuhan.
Orientasi pendidikan Scholastisisme adalah Perennialisme (Callahan and Clark, 1983). Hal ini dapat dipahami karena pendidikan Scholastisisme menekankan pengetahuan pengetahuan dan nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal, absolue, menetap atau abadi, serta prinsipnya yang religius. Perennialisme memandang tugas pendidikan adalah untuk memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, universal, absolute dan abadi atau menetap tersebut yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang diakuinya sebagai kebudayaan yang ideal.
Menurut kaum Scholastisisme,  pendidik harus menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Pendidik mempunyai wewenang untuk mengatur kelas.
                                                                                                     
E.  Kesimpulan
Filsafat merupakan ilmu atau pendekatan yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Peran pendidik menurut aliran filsafat :
1.      Kaum Idealisme : pendidik bertugas untuk melatih berpikir kreatif agar menghasilkan siswa yang unggul, guru memiliki pengetahuan yang luas dan unggul.
2.      Kaum Realisme : pendidik berperan sebagai penentu materi pelajaran, membuat mata pelajaran, sebagai sesuatu yang kongkrit untuk dialami siswa, harus mengusai pengetahuan, teknik-teknik mengajar, mengembangkan kompetensi dan mencapai tujuan pendidikan.
3.      Kaum Pragmatisme, pendidik berperan menyediakan pengalaman, membimbing pemecahan masalah, membimbing memecahkan tujuan, bekerja sama dalam evaluasi kelas progresivisme.
4.      Kaum Scholastisisme,  pendidik harus menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Pendidik mempunyai wewenang untuk mengatur kelas.






Daftar Pustaka
Pidarta, Made. (2007). Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Persyaratan Pendidik
Diunduh tanggal 8 November 2013 pukul 19.05

Syero. Brenda. 2012. Makna Filosofis
Diunduh tanggal 8 November 2013 pukul 19.15

Yoeja, Yeppeun. 2013. Landasan Filosofis
Diunduh tanggal 8 November 2013 pukul 20.35


1 komentar:

callistelabahn mengatakan...

Casino Near Bryson City, Bryson City, NC
Casino 강릉 출장안마 Near Bryson City, Bryson City, NC · A 안산 출장샵 map showing casinos and other gaming 목포 출장마사지 facilities 나주 출장안마 located near Bryson City Casino, Bryson 1xbet app City, NC.

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates