Senin, 16 Mei 2022

 

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi – Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran



Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?


Menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara untuk dapat menuntun kekuatan kodrat alam dan zaman yang melekat pada anak seorang pendidik hendaknya menuntun dan memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Menebalkan goresan baik  dan menyamarkan goresan yang tidak baik sehingga tumbuh karakter, keunikan, serta memaksimalkan potensi anak.

Filosofi yang sangat terkenal dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, sering juga disebut sebagai Pratap Triloka adalah sebuah filosofi mengenai sosok guru dan perannya di dalam pendidikan seorang anak. “Ing ngarso sung tulodho” yang secara spesifik memiliki arti di depan memberikan teladan, merupakan peran seorang sosok guru untuk selalu memberikan teladan bagi anak didik yang dipercayakan padanya. Untuk dapat memberikan teladan, maka seorang guru harus terlebih dahulu menghidupi keteladanan tersebut. Seorang guru dapat menjadi teladan dengan terlebih dahulu menempatkan kepentingan murid menjadi sebuah prioritas yang notabene membuat guru tersebut harus memikirkan segala hal yang baik untuk kepentingan sang murid. 

Terkait pandangan KHD tentang filosofi Prapta Triloka yang terkenal dengan  " Ing Ngarso Sung Tuladha" diharapkan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu menjadi rool model /tauladan baik  bagi murid-muridnya dan lingkungan sekitarnya.

Ing Madya Mangun Karsa yang dapat diartikan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu membangun karsa atau menjadi power (kekuatan) yang dapat memberikan motivasi bagi kemajuan siswa dan lingkungannya. 

Tut Wuri Handayani yang dapat diartikan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat  untuk kemajuan murid-muridnya dan lingkungannya.

Maka dari itu guru sebagai pemimpin pembelajaran selain guru mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana pada masalahnya dan lingkungannya guru juga harus mampu membimbing, menemani siswanya supaya mampu mengambil sebuah keputusan serta memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid supaya tercapai kemajuan pendidikan yang diharapkan. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka seorang guru akan berpikir mengenai keputusan yang akan dapat memunculkan kepribadian sang murid serta bagaimana murid-muridnya dapat berkembang sebagai pribadinya yang unik. Guru berperan sebagai fasilitator yang hanya menunjukkan jalan agar murid dapat sampai pada tujuannya.



Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?


Dalam pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Nilai-nilai bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Maka penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil.
Nilai-nilai seorang guru haruslah dipenuhi dengan nilai kemanusiaan yang hakiki sehingga nilai-nilai tersebut akan membantunya membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid-muridnya.


Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching sangat efektif, karena dengan mempelajari materi coaching kita dapat mempelajari cara berkomunikasi yang memberdayakan (asertif), teknik mindfullnes, dan coaching model TIRTA. Artinya, dengan kemampuan dalam menerapkan coaching untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh murid atau komunitas praktisi di sekolah merupakan cara dalam pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan bersama murid atau komunitas praktisi di sekolah.


Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dasar pengambilan keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tidak bertentangan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dalam proses mengelola aspek sosial dan emosional dalam pengambilan keputusan maka diperlukan teknik mindfullnes atau kesadaran penuh, hadir sepenuhnya dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran sosial emosional. Ketika guru mampu menerapkan mindfullnes yang didalamnya juga terdapat nilai-nilai kebajikan, maka dalam pengambilan keputusan akan berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya.


Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Setiap guru pasti juga dibesarkan dan dididik dalam keluarga dan lingkungan yang berbeda dengan kebiasaan dan juga nilai-nilai yang berbeda. Hal tersebut tentu saja membentuk moral seorang guru serta etika apa yang dipercayainya serta dilakukannya dalam kesehariannya. DI dalam budaya yang berbeda, seringkali kita temukan perbedaan cara pandang dan cara pikir yang mereka pahami sebagai sebuah kebenaran dan memang berlaku secara luas di dalam masyarakat tersebut. Atau juga kepribadian unik seorang guru akan membentuk nilai-nilai yang dipercayainya. Hal ini seringkali dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Misalnya, ada yang fokus untuk memandang masalah tersebut melalui hasil akhir yang akan terjadi (End based thinking) karena dia dididik untuk selalu memberikan hasil terbaik. Ada juga yang berfokus pada peraturan yang berlaku (Rule based thinking) karena dia dididik untuk selalu mematuhi peraturan yang ada. Bahkan ada yang selalu melihatnya dari sisi kemanusiaannya (Care based thinking) meskipun itu dapat berpotensi melanggar aturan dan lainnya.  


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat, tentu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Kondisi tersebut adalah kondisi yang kita inginkan. Maka untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu pendekatan yang sistematis. Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.


Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan sulit dan bertentangan seringkali terletak pada paradigma masing masing pihak dalam memandang situasi tersebut. Bila pihak yang terlibat tidak memiliki cara pandang yang sama serta penekanan kepentingan yang selaras, maka akan sulit dijadikan sebuah keputusan yang baik. Bila semua dapat berkomunikasi dengan baik dan menyatukan pendapat mengenai paradigma yang akan dipakai dalam memutuskan sebuah permasalahan, maka kesulitan-kesulitan tersebut akan dapat diatasi, atau minimal menjadi semakin ringan untuk diputuskan tanpa menimbulkan gesekan atau masaah di kemudian hari.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates