Selasa, 07 Juni 2022

 

3.1.a.6. Refleksi Terbimbing-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


  1. Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
        Dilema etika adalah benar vs benar, sedangkan bujukan moral adalah benar vs salah. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti :

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)        

        Ada 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

1.      Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4.      Pengujian benar atau salah.

5.      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6.      Melakukan Prinsip Resolusi.

7.      Investigasi Opsi Trilema.

8.      Buat Keputusan.

9.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 


2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.

KASUS DILEMA BU YANTI

 

Bu Yanti adalah seorang guru bahasa Indonesia kelas VIII A, seperti biasa bu Yanti masuk ke kelas dan mengajar di kelas. Saat proses pembelajaran berlangsung HP bu Yanti berdering dan bu Yanti menerima panggilan telpon tersebut, ternyata telepon tersebut dari pihak rumah sakit yang mengabarkan bahwa adik laki-lakinya kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit. Bu Yanti sangat panik ketika mendengar hal tersebut dan bu Yanti juga mengalami kebigungan apakah pergi ke rumah sakit atau meninggalkan muridnya di sekolah. Apa yang akan di lakukan bu Yanti, Mengapa? Prinsip apa yang akan bu Yanti gunakan?


1.      Paradigma apa yang sebaiknya digunakan dalam study kasus bu Yanti?

·         Paradigma yang sebaiknya digunakan dalam study kasus bu Yanti adalah paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan.

2.      Prinsip mana yang yang mendasari pilihan pengambilan keputusan yang diambil bu Yanti?

·         Prinsip yang mendasari pilihan pengambilan keputusan yang diambil bu Yanti adalah prinsip berpikir berbasis rasa peduli, karena bu Yanti merasa kasihan terhadap adik laki-lakinya. Harta yang paling berharga adalah keluarga, apabila bu Yanti yang kena musibah adiknya pasti akan melakukan hal yang sama seperti bu Yanti lakukan saat ini kepada adiknya.

3.      Tahapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus bu Yanti.

a.      Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

-       Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus bu Yanti?

·         Bu Yanti meninggalkan kelas saat jam pelajaran.

·         Bu Yanti mengabaikan adiknya yang mengalami kecelakaan.

b.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

-       Siapa yang terlibat dalam situasi bu Yanti?

·         Bu Yanti

·         Adik laki-laki bu Yanti

·         Murid kelas VIII A

c.       Kumpulkan fakta-fakta yang relavan dengan situasi ini.

-       Fakta yang relevan dalam kasus bu Yanti yaitu:

·         Bu Yanti tiba-tiba mendapat telpon dari rumah sakit saat proses pembelajaran berlangsung yang mengabarkan bahwa adik laki-lakinya mengalami kecelakaan.

d.      Pengujian benar atau salah

-       Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi bu Yanti.

·         Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal) tidak ada.

·         Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi) ada, guru yang meninggalkan kelas saat pembelajaran berlangsung.

·         Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi) ada, yaitu bu Yanti meninggalkan murid saat proses pembelajaran berlangsung.

·         Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman? saya tidak merasa nyaman jika hal ini di publikasikan di halaman depan koran karena ini bukan suatu hal yang harus diumumkan ke publik.

·         Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini? idola saya akan memberi tugas kepada murid dan meminta bantuan guru piket atau guru lain untuk mengawasi murid kelas VIII A sehingga mereka tetap melaksanakan pembelajaran dengan baik.

e.       Pengujian paradigma benar lawan benar.

-       Dari keempat paradigma, paradigma mana yang terjadi pada situasi bu Yanti?

·         Paradigma yang terjadi pada situasi bu Yanti adalah paradigma keadilan vs rasa kasihan.

f.       Melakukan prinsip resolusi.

-       Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai bu Yanti.

·         Prinsip penyelesaian dilema yang dipakai yaitu Berpikir berbasis rasa peduli.

g.      Investigasi opsi trilema.

-       Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

·         Ada penyelesaian kreatif, yaitu bu Yanti memberi tugas kepada murid terlebih dahulu sebelum meninggalkan kelas, kemudian meminta bantuan guru piket untuk mengawasi murid kelas VIII A sehingga mereka tetap melaksanakan pembelajaran dengan baik.

h.      Buat keputusan.

-       Apa keputusan yang akan bu Yanti ambil?

·         Keputusan yang diambil bu Yanti yaitu bu Yanti pergi ke rumah sakit menemui adik laki-lakinya dan meminta bantuan guru piket untuk mengawasi muridnya.

i.        Lihat lagi keputusan dan refleksikan.

-       Coba lihat lagi keputusan Bu Yanti dan refleksikan?

·         keputusan ini di ambil berdasarkan paradigma benar lawan benar yaitu rasa keadilan vs rasa kasihan dengan memakai prinsip berpikir berbasis rasa peduli terhadap adiknya maupun murid kebangaannya.

 

  1. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya tidak pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema.

 

  1. Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari materi ini buat saya yaitu materi ini sangat benrmanfaat dan memberi saya banyak pengetahuan, banyak hal-hal baru yang bisa saya pelajari dari materi ini, dari sebelumnya saya tidak mengerti apa itu pengambilan keputusan yang baik sekarang sudah semakin paham dalam menerapkan pengambilan keputusan sebagai peminpin pembejaran.


Senin, 16 Mei 2022

 

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi – Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran



Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?


Menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara untuk dapat menuntun kekuatan kodrat alam dan zaman yang melekat pada anak seorang pendidik hendaknya menuntun dan memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Menebalkan goresan baik  dan menyamarkan goresan yang tidak baik sehingga tumbuh karakter, keunikan, serta memaksimalkan potensi anak.

Filosofi yang sangat terkenal dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, sering juga disebut sebagai Pratap Triloka adalah sebuah filosofi mengenai sosok guru dan perannya di dalam pendidikan seorang anak. “Ing ngarso sung tulodho” yang secara spesifik memiliki arti di depan memberikan teladan, merupakan peran seorang sosok guru untuk selalu memberikan teladan bagi anak didik yang dipercayakan padanya. Untuk dapat memberikan teladan, maka seorang guru harus terlebih dahulu menghidupi keteladanan tersebut. Seorang guru dapat menjadi teladan dengan terlebih dahulu menempatkan kepentingan murid menjadi sebuah prioritas yang notabene membuat guru tersebut harus memikirkan segala hal yang baik untuk kepentingan sang murid. 

Terkait pandangan KHD tentang filosofi Prapta Triloka yang terkenal dengan  " Ing Ngarso Sung Tuladha" diharapkan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu menjadi rool model /tauladan baik  bagi murid-muridnya dan lingkungan sekitarnya.

Ing Madya Mangun Karsa yang dapat diartikan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu membangun karsa atau menjadi power (kekuatan) yang dapat memberikan motivasi bagi kemajuan siswa dan lingkungannya. 

Tut Wuri Handayani yang dapat diartikan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat  untuk kemajuan murid-muridnya dan lingkungannya.

Maka dari itu guru sebagai pemimpin pembelajaran selain guru mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana pada masalahnya dan lingkungannya guru juga harus mampu membimbing, menemani siswanya supaya mampu mengambil sebuah keputusan serta memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid supaya tercapai kemajuan pendidikan yang diharapkan. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka seorang guru akan berpikir mengenai keputusan yang akan dapat memunculkan kepribadian sang murid serta bagaimana murid-muridnya dapat berkembang sebagai pribadinya yang unik. Guru berperan sebagai fasilitator yang hanya menunjukkan jalan agar murid dapat sampai pada tujuannya.



Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?


Dalam pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Nilai-nilai bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Maka penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil.
Nilai-nilai seorang guru haruslah dipenuhi dengan nilai kemanusiaan yang hakiki sehingga nilai-nilai tersebut akan membantunya membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid-muridnya.


Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching sangat efektif, karena dengan mempelajari materi coaching kita dapat mempelajari cara berkomunikasi yang memberdayakan (asertif), teknik mindfullnes, dan coaching model TIRTA. Artinya, dengan kemampuan dalam menerapkan coaching untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh murid atau komunitas praktisi di sekolah merupakan cara dalam pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan bersama murid atau komunitas praktisi di sekolah.


Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Dasar pengambilan keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tidak bertentangan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dalam proses mengelola aspek sosial dan emosional dalam pengambilan keputusan maka diperlukan teknik mindfullnes atau kesadaran penuh, hadir sepenuhnya dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran sosial emosional. Ketika guru mampu menerapkan mindfullnes yang didalamnya juga terdapat nilai-nilai kebajikan, maka dalam pengambilan keputusan akan berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya.


Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Setiap guru pasti juga dibesarkan dan dididik dalam keluarga dan lingkungan yang berbeda dengan kebiasaan dan juga nilai-nilai yang berbeda. Hal tersebut tentu saja membentuk moral seorang guru serta etika apa yang dipercayainya serta dilakukannya dalam kesehariannya. DI dalam budaya yang berbeda, seringkali kita temukan perbedaan cara pandang dan cara pikir yang mereka pahami sebagai sebuah kebenaran dan memang berlaku secara luas di dalam masyarakat tersebut. Atau juga kepribadian unik seorang guru akan membentuk nilai-nilai yang dipercayainya. Hal ini seringkali dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Misalnya, ada yang fokus untuk memandang masalah tersebut melalui hasil akhir yang akan terjadi (End based thinking) karena dia dididik untuk selalu memberikan hasil terbaik. Ada juga yang berfokus pada peraturan yang berlaku (Rule based thinking) karena dia dididik untuk selalu mematuhi peraturan yang ada. Bahkan ada yang selalu melihatnya dari sisi kemanusiaannya (Care based thinking) meskipun itu dapat berpotensi melanggar aturan dan lainnya.  


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat, tentu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Kondisi tersebut adalah kondisi yang kita inginkan. Maka untuk melakukan perubahan, diperlukan suatu pendekatan yang sistematis. Dalam hal ini, kita menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.


Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan sulit dan bertentangan seringkali terletak pada paradigma masing masing pihak dalam memandang situasi tersebut. Bila pihak yang terlibat tidak memiliki cara pandang yang sama serta penekanan kepentingan yang selaras, maka akan sulit dijadikan sebuah keputusan yang baik. Bila semua dapat berkomunikasi dengan baik dan menyatukan pendapat mengenai paradigma yang akan dipakai dalam memutuskan sebuah permasalahan, maka kesulitan-kesulitan tersebut akan dapat diatasi, atau minimal menjadi semakin ringan untuk diputuskan tanpa menimbulkan gesekan atau masaah di kemudian hari.

Template by:

Free Blog Templates